Menjalani Kehidupan dengan Sabar dan Syukur

Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu اَلصَّبْرُ (as shabru) yang merupakan mashdar dari fi’il madhi yang berarti menahan diri atau keluh kesah. Juga ada yang mengatakan bahwa sabar dari kata اَلصِّبْرُ (as shibru) dengan mengkasrahkan pada huruf shad yang diartikan sebagai obat yang sangat pahit atau tidak enak. Selanjutnya kata syukur adalah mashdar dari kata kerja syakara-yasykuru yang berarti berterimakasih, merasa tenang, memuji.

Dalam kehidupan sehari-hari sikap Sabar dan Syukur adalah dua sikap mendasar yang mana dalam pelaksanaannya juga merupakan ibadah bagi seorang muslim. Sejak masih kecil kita telah diajarkan apa itu sabar dan apa itu syukur. Namun bagi kebanyakan orang, kedua sikap ini baru bisa benar-benar dimengerti dan diresapi saat mulai beranjak dewasa. Kedua sikap dan ibadah ini unik karena dalam pelaksanaannya sangat halus dan rahasia, ia hanya di dalam hati orang yang melakukannya dan hanya Allah saja-lah yang mengetahui apakah seseorang itu memang betul-betul bersabar dan bersyukur. Nilai dan hikmah dari sabar dan syukur tidak diambil dari apa yang diucapkan, tapi dari dalam hati, pikiran dan perbuatan.

Dalam pelaksanaannya, seseorang akan diuji dengan kekurangan maupun ujian seperti musibah, dan sebagian yang lain diuji dengan kelebihan seperti harta yang melimpah dan lain sebagainya. Banyak hal yang penulis pelajari akhir-akhir ini dari pelajaran sabar dan syukur, kita harus mempunyai sikap sabar tatkala  sedang mendapat ujian maupun musibah. Memang kata “sabar” jika diucapkan terasa mudah namun akan terasa pembelajarannya sangat banyak dan terkadang serba mendadak jika kita merasakan atau sedang tertimpa. Sama halnya dengan sikap syukur, kita terkadang mudah dalam menasihati orang lain untuk bersikap syukur, namun kita sendiri sangat sulit untuk melakukannya.betapa tidak, kita lebih sering melihat orang lain yang secara materi lebih di atas atau bisa dikatakan lebih kaya, tetapi jarang kita mencoba untuk rihlah melihat sekitar dan menyisihkan harta/makanan sedikit yang bagi kita itu sepele namun bagi orang lain sangatlah berharga.

Coba sejenak membaca firman Allah QS. Ibrahim ayat 7

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Sudah jelas, ketika kita bersyukur sedikitpun akan ditambah oleh Allah, begitupun sebaliknya jika kita kufur maka Allah akan memberikan azab baik itu berupa musibah ataupun permasalahan kehidupan. Penghuni surga digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah orang-orang yang bersyukur. Kelompok kedua terdiri atas orang-orang yang bersabar. Demikian ayat terakhir dari QS Al Imron. “Wahai orang-orang mukmin, bersabarlah, lipat gandakan kesabaran, dan siap siagalah dan bertakwalah, pasti kamu sekalian akan menjadi orang-orang yang beruntung.”

Dalam menjalani kehidupan yang fana ini, kita harus senantiasa berikhtiar semaksimal mungkin, lalu serahkan dengan bertawakkal kepada Allah dan tentunya itu dengan sikap sabar dan syukur.

 

 

Penulis : Fatih Rizqi Wibowo, S.Pd.I., M.Pd. (Guru PAI dan Bahasa Arab)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *