Gelar FGD, Muma Harapkan Siswa Berakhlak Mulia

focus_group_discussion_muma_2017Misi SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta untuk membentuk siswa berakhlak mulia terus digencarkan. Focus Group Discussion (FGD) yang merupakan program terbaru SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta berhasil dilaksanakan pada Sabtu (11/02) kemarin. FGD merupakan program diskusi yang bertujuan utama pada perkembangan kepribadian siswa SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Bertempat di Ruang Pertemuan SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta, tercatat 20 wali siswa diundang dalam kegiatan tersebut.

Sebelumnya, program penanganan siswa berkebutuhan khusus yang memiliki permasalahan baik motivasi, kenakalan, maupun ketidaktertiban dalam mengikuti kegiatan sekolah ialah Hypnotherapy Learning. Kegiatan  ialah program pemutihan poin negatif siswa dengan pendekatan hpynotherapy yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Ainul Yaqin di Bantul. Terapi dilakukan seminggu sekali dengan datang ke pondok secara bersama-sama. Program tersebut diakhiri dengan menginap di Pondok Pesantren Ainul Yaqin di Gunungkidul selama 3 hari 2 malam. Program tersebut dirasa belum memberikan hasil maksimal, sehingga Muma kembali membuat program sebagai tindak lanjutnya.

Program FGD merupakan program kerjasama SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta dengan Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Kegiatan FGD berbentuk konseling kelompok yang telah diawali oleh para siswa dan guru. Pada kesempatan ini, FGD ditujukan kepada wali siswa dengan fasilitator yang sama yaitu tim dari Fakultas Psikologi UAD. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk lebih meningkatkan pemikiran antar orang tua yang mungkin sedikit lebih memikirkan atau mungkin bisa mengedepankan anak mereka agar lebih baik di kemudian hari.

Acara dibuka oleh psikolog UAD dengan mengajukan pertanyaan tentang lingkungan sekolah. Beberapa keluhan muncul terkait keberadaan sebuah warung yang berlokasi tak jauh dari Komplek Perguruan Purwodiningratan. Warung tersebut menjadi tempat berkumpul dan merokok siswa. Masalah yang diungkap kemudian adalah kebijakan sanksi denda dan poin yang berlaku bagi siswa.

Pertanyaan selanjutnya berkaitan dengan program yang telah dilaksanakan sebelumnya, wali mengungkapkan bahwa beberapa waktu setelah kegiatan pondok berlangsung anak menjadi patuh kepada orang tua dan patuh beribadah. Namun, beberapa lama kemudian siswa mulai tidak patuh kembali.

Aktivitas siswa di rumah saat pulang sekolah sebenarnya wajar, antara bermain HP, tiduran, dan lain sebagainya. Selanjutnya, wali mengungkapkan beberapa kegiatan yang positif yang dilakukan siswa antara lain menggambar, olahraga, mengotak-atik komputer, memelihara hewan, dan lain sebagainya.

Masalah mendasar pada siswa yang kemudian menjadi inti dalam konsultasi adalah susahnya belajar dan seringnya membolos yang harapannya perilaku tersebut dapat berubah. Sebagai kesimpulan, perilaku siswa yang istimewa ini tak luput dari kurangnya perhatian orang tua. (Intan-Anis).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *